MAKALAH
PERKEMBANGAN
AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA
(Dianukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran )
Disusun Oleh :
Cheasenx
XI
IPS 2
MADRASAH
ALIYAH NEGERI SUKAMANAH
SUKARAPIH
SUKARAME
TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Selama
proses penyusunan makalah ini, penyusun
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini penyusun membawakan tema
tentang “ Perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia”
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai
sumber yang dapat membangun sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik
untuk nanti ke depannya.
Sukamanah, November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B.
Tujuan
......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Muncul
dan berkembangnya Agama Budha .............................................. 4
B.
Masuknya
Agama Hindu dan Budha ke Indonesia .................................... 5
C.
Agama
Hindu ............................................................................................. 6
D.
Berikut
kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di indonesia. ............ 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................................. 13
B.
Saran
........................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban
lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama
dan budaya Hindu dan Budha. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria
(kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa
(Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber
Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak
bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan
bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah
tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung
pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk
dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai
peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria
merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa
Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa
(Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan
asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama
Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan
kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya
Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu
diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah
Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut
kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan
pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang
disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah
milik bangsa Hindu).
Dalam
ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
·
Brahma sebagai
dewa pencipta segala sesuatu.
·
Wisnu sebagai
dewa pemelihara alam
·
Siwa sebagai
dewa perusak
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti. Kitab suci
agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan
terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Mereka
mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana,
Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan
mereka.
·
Brahmana bertugas
mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta
ini ada pada posisi paling penting dan punya peranan yang sangat besar bagi
berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai
seluk beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
·
Ksatria berkewajiban
menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta
ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta
ini memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
·
Waisya bertugas
berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah
para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa
kasta ini cukup memiliki peran penting.
·
Sudra bertugas
sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja
kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi
keberadaannya kurang diperhatikan.
·
Di
luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan
gelandangan.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan
bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama.
Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti
empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada
keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan
menjadi Hindu.
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari
kasta dan masuk dalam golongan kaum Pariaseperti bangsa
Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas
penduduk India.
B.
Tujuan
Agar
Siswa Lebih mengenal dan lebih tahu dalam sejarah perkembangan Agama Hindu dan
budha yang masuk ke Indonesia. Dan lebih memahami tentang peradaban dan budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Muncul dan berkembangnya Agama Budha
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul
sekitar 525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan
dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
Sidharta
memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah
masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat
manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal
yang membuat Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang
ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua,
sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah
suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri
dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan
diri dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan
istana dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon
Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta
memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha.
Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri
Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas
dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan
berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang
sama.
Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh
setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan
ajaran Hindu dimana hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai
kesempurnaan. Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah
mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta
disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi. Ajaran agama
Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya
tiga dan pitakaartinya keranjang). Peristiwa kelahiran, menerima
penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan
yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut
dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.
Dalam
agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan
membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha
laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak
yang sama dalam kehidupan ini.
B.
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya
agama Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori
Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
2. Teori
Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
3. Teori
Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
4. Teori
Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
5. Teori
Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)
Proses
masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia adalah
sebagai berikut.
Agama
Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung
dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam
bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta.
Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan
perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat
Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika
menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia
Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja
dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya
terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari
pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut
secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke
Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada
bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan
tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga
ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.
C.
Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan
melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan
menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik
dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya.
Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu
bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia
harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan
kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan
India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal
untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India
lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan
kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para
Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti
upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja.
Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses
penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.
D.
Berikut kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di indonesia.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan
kerajaan hindu tertua di Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di
Muara Kaman tepatnya pada hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Keberadaan
kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai prasasti
yupa. Dengan palawa sebagai hurufnya,dan sansekerta sebagai bahasanya.
Pendirinya adalah Raja Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil
alih oleh putranya, Raja Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat,
kerajaan diambil alih oleh putra Raja Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.
Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja
Mulawarman telah menyumbangkan 20.00 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini
menceritakan betapa dermawannya seorang Raja Mulawarman, oleh karena itu, dari
sekian banyak raja yang memimpin kerajaan Kutai, Raja Mulawarman lah yang
paling terkenal.
Keruntuhan kerajaan Kutai Martadipura disebabkan oleh tewasnya raja
terakhir Kutai Martadipura yang kalah memperebutan kekuasaan dari kerajaan
Kutai Kartanegara di bawah pimpinan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Awalnya
Kutai Kartanegara merupakan bagian dari kerajaan Kutai Martadipura, namun
karena perbedaan kepercayaan, di mana Kutai Kartanegara menganut kepercayaan
agama islam, akhirnya perebutan kekuasaan pun terjadi dan berakhir dengan Kutai
Kartanegara sebagai pemenang.
Tarumanegara
Kerajaan dengan nama asli Tarumanagara ini terletak di daerah
Bekasi, Jawa Barat bagian utara. Raja yang paling terkenal adalah raja yang
ke-3, yaitu Raja Purnawarman. Keberadaan kerajaan hindu dengan aliran hindu
wisnu ini diketahui dengan ditemukannya beberapa prasasti yang menceritakan
tentang keberhasilan-keberhasilan kerajaan. Prasasti-prasasti tersebut antara
lain:
·
Prasasti
Kebon Kopi, ditemukan di kebon kopi milik Jonathan Reck
·
Prasasti
Tugu, ditemukan di daerah Bekasi, menceritakan tentang penggalian Sungai
Gomati oleh kerajaan Tarumanagara
·
Prasasti
Cidanghiang, ditemukan di daerah Pandeglang
·
Prasasti
Ciaruteun, ditemukan di aliran Sungai Ciampea, menggambarkan betapa
perkasanya seorang raja Purnawarman dengan telapak kaki besarnya yang terukir
di prasasti tersebut
·
Prasasti
Muara Cianten, ditemukan di daerah Ciampea
·
Prasasti
Jambu, ditemukan di daerah Nanggung, Bogor
·
Prasasti
Pasir Awi, ditemukan di daerah Cieteureun
Selain ditemukannya peninggalan-peninggalan berupa prasasti,
ternyata ditemukan pula peninggalan berupa candi yang dikenal dengan sebutan
Candi Jiwa, letaknya di daerah Karawang.
Selain
peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi, terdapat pula sumber-sumber
sejarah lain mengenai kerajaan ini seperti:
·
Fa
hien, pada kitab Fa Kao Chi dari China
·
Dinasti
Sui, tahun 528 dan 535 Masehi
·
Dinasti
Tang, tahun 666 dan 669 Masehi
·
Naskah
wangsakerta yang menceritakan tentang pendirian kerajaan Tarumanegara
Akhir dari kerajaan ini disebabkan oleh keinginan Tarusbawa untuk
membawa kerajaan Tarumanagara kembali ke kerajaan Sunda, namun salah satu
saudara Tarusbawa yang bernama Galuh tidak setuju jika kerajaan Taruma kembali
ke kerajaan Sunda, akhirnya Galuh pergi dari kerajaan Taruma, dan kembali
datang untuk merebutnya kekuasaan kerajaan Sunda yang awalnya adalah kekuasaan
Kerajaan Tarumanagara, akhirnya kerajaan itu pun diubah menjadi Kerajaan Sunda
Galuh.
Mataram Kuno
Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah,
hal ini disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam
letusan Gunung Merapi, dan karena adanya peperangan dalam perebutan kekuasaan.
Awalnya, pada abad ke-8 kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah, kemudian
setelah Gunung Merapi meletus pada abad ke-10, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa
Timur oleh Mpu Sindok.
Agama
di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan
budha pada Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna.
Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya. Setelah Raja
Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama
Rakai Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran adalah Rakai
Warak, kemudian Rakai Warak digantikan oleh Rakai Garung (Samaratungga).
Di tengah-tengah pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, Datanglah keinginan Rakai
Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal sebagai Dinasti Sanjaya. Persaingan
antara Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Pikatan dengan Dinasti Syailendra
yang dipimpin Raja Samaratungga, membuat cita-cita Rakai Pikatan untuk menjadi
penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi pertikaian antar kedua
dinasti. Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti melalui
pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan
Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Namun, pernikahan antara Rakai Pikatan
dengan Pramodawardhani ternyata tidak membuahkan kedamaian, malah justru
membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan Dinasti Syailendra semakin
sengit. Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil menguasai
kerajaan sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa melarikan
diri ke Palembang, Sumatra Selatan untuk kemudian mereka menjalankan sebuah
kerajaan bernama Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah
Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi
dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jadi pelaksana pemerintahan.
Dewan yang terdiri atas lima patih ini di antaranya adalah:
Ratu,
Datu, Sri Maharaja
Rakryan
Mahamantri I Hino
Mahamantri
Halu & Mahamantri I Sirikan
Mahamantri
Wko & Mahamantri Bawang
Rakryan Kanuruhan
Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian
dilanjutkan oleh Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung Dharmodaya Maha Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal.
Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman
perpecahan. Di masa pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur
pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri
atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang
didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan.
Selain struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti
Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah
prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan
Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami
pemerintahan tiga raja sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur.
Mpu Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i
Hino,melakukan kudeta karena merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti
Sanjaya, kemudian Mpu Daksa digantikan oleh menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.
Kerajaan Kediri
Berdirinya Kerajaan Kediri berawal ketika Kerajaan Sriwijaya dengan
Kerajaan kecil Wurawari berhasil meruntuhkan kerajaan Mataram Kuno lewat
Peristiwa Mahapralaya. Kekuasaan Kerajaaan Mataram Kuno diambil alih, dan nama
Mataram diubah menjadi Kediri. Kerajaan Kediri merupakan kerajaan turunan
Ajiwuwari. Raja pertamanya adalah Raja Sri Jayawarsha. Kemudian dilanjutkan
oleh Raja Bameswara. Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu
Dharmaja, diceritakan bahwa Raja Bameswara adalah keturunan pendiri
Dinasti Isyana. Kemudian Raja Bameswara digantikan oleh mertuanya, Jayabhaya.
Pada masa pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam
bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Punuluh.
Jayabhaya berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri
berhasil disatukan lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini
diabadikan dalam Prasasti Ngantang. Kemudian Raja Jayabhaya digantikan oleh
Raja Sarweswara dari Aryyeswara. Kemudian digantikan lagi oleh Raja Gandra.
Pada masa pemerintahannya, Gandra menyempurnakan struktur pemerintahan yang
diwariskan Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja Gandra, Kerajaan Kediri dipimpin
oleh Raja Kameshwara. Pemerintahan Kameshwara ditandai dengan pesatnya hasil
karya sastra Jawa. Pada masa pemerintahannya, cerita-cerita panji atau
kepehlawanan banyak dihasilkan. Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah
Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri mulai mengalami
masalah dan ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha membatasi dan
mengurangi hak istimewa para kaum Brahmana, kemudian di daerah Tumapel
(sekarang Malang) muncul kekuatan baru di bawah pimpinan Ken Arok.
Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari wilayah Kediri menuju
Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan mengerahkan tentara
Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara pasukan Kertajaya dan Ken
Arok terjadi di Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan kekuasaan
pasukan Kertajaya. Atas kekalahan ini, Kerajaan Kediri memang seolah-olah telah
runtuh, namun ternyata, secara perlahan kerajaan Kediri masih berdiri dibawah
pimpinan Raja Jayakatwang, meskipun keberadaan mereka di bawah kekuasaan
Kerajaan Singasari.
Kerajaan Singasari
Berdirinya Kerajaan Singasari, saling berkaitan erat dengan
Kerajaan Kediri dan Majapahit. Ketika Ken Arok menjabat sebagai prajurit di
Tumapel, di Kerajaan Kediri sedang berlangsung perselisihan antara Raja
Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana tersebut melarikan diri ke
Tumapel karena merasa lebih nyaman berada di Tumapel, akhirnya terjadilah
pertempuran antara Kerajaan Kediri dengan paukan akuwu Tumapel. Dalam
pertempuran di Ganter, Kerajaan Kediri mengalami kekalahan dan Raja Kertajaya
meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan sebagian wilayah Kerajaan Kediri
dengan Tumapel, dan mendirikan Kerajaan Singasari, dengan Tunggul Ametung
sebagai rajanya. Ken Arok bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau
Girindrawangsa di Jawa Timur. Istri pertamanya bernama Ken Umang, Ken Arok
mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola,
dan Dewi Rambi. Awalnya, Ken Arok hanyalah seorang anak desa yang dilahirkan
oleh seorang Ibu bernama Ken Nduk. Ia dididik oleh para penjahat di lingkungan
sekitarnya hingga dewasa, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi seorang
penjahat yang suka mabuk, mencuri, dan membunuh. Pada perjalan hidupnya, ia
bekerja sebagai seorang prajurit di daerah Tumapel, dan tertarik pada Ken
Dedes, istri komandan Tunggul Ametung. Timbul keinginan Ken Arok untuk
memperistri Ken Dedes. Singkat cerita, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul
Ametung dengan keris yang dibuat Mpu Gandring, kemudian ia pun segera
memperistri Ken Dedes. Setelah sekian lama, Ken Dedes akhirnya menceritakan
peristiwa pebunuhan suaminya tersebut kepada anaknya dari Tunggu Ametung,
Anusapati. Anusapati marah, dan berniat balas dendam, akhirnya Anusapati
berhasil membunuh Ken Arok dengan keris buatan Mpu Gandring yang telah
digunakan Ken Arok untuk membunuh ayah kandungnya. Panji Tohjaya, anak kandung
Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya yang
dilakukan Tohjaya. Akhirnya dengan keris yang sama, Tohjaya berhasil membunuh
Anusapati. Ranggawuni, yang merupakan saudara dari Anusapati, mengetahui
pembunuhan yang dilakukan Tohjaya, akhirnya dengan keris yang sama, Ranggawuni
membunuh Tohjaya.Setelah kejadian bunuh membunuh berantai ini, akhirnya naik
tahta lah Raja Kertanegara sebagai raja yang terkenal dan terbesar dari
kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara
bercita-cita memperluas Kerajaan Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang
disebut dengan istilah Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan
ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan Melayu yang disebut sebagai Ekspedisi
Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan.
Peristiwa ini diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai
Langsat).
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan hindu terakhir dan terbesar
di Indonesia. Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya, menantu
dari Raja Teguh Dharmawangsa (Kerajaan Mataram Kuno) yang sempat melarikan diri
ke Madura bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya.
Kerajaan
Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik.Desa itu
merupakan pemberian dari Raja Jayakatwang dari Kediri atas kembalinya menantu
Raja Teguh Dharmawangsa (Raden Wijaya) dari Kerajaan Mataram Kuno yang telah
lama dikuasai Kerajaan Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak
bersalah atas kesalahan generasi atasnya.
Singkat
cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan
20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang
Raja Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau tunduk
pada Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara beserta
Kerajaan Singasari itu telah meninggal dan hancur dikalahkan oleh Raja
Jayakatwang dari Kediri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang
hendak pergi ke China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di
Indonesia untuk menunggu angin ke arah utara
Selama
mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu
Lama
kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan
Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
Kerajaan
Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di Kalimantan
Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman
sebagai Raja yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti
Yupa
Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di
Bekasi dengan Raja Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal.
Prasasti yang paling terkenalnya adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya
telapak kaki Raja Purnawarman yang begitu besar
Kerajaan Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah
dan sempat dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya
telah dijelaskan pada Teori Van Bamellen. Pernah
terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga) dengan
Dinasti Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat
Pramodhawardani melarikan diri ke Sumatra. Terdapat
peristiwa bersejarah yang disebut Peristiwa Mahapralaya di mana
Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan Sriwijaya dengan
Kerajaan Wurawari ketika sedang diadakan pesta pernikahan
Kerajaan
Kediri, adalah kerajaan yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno. Pernah terjadi pelarian kaum Brahmana ke wilayah
Tumapel karena mereka tidak dihargai di Kerajaan Kediri. Pelarian
Brahmana tersebut membuat Kerajaan Kediri mencetuskan peperangan dengan
pasukan Tumapel dan menuai kekalahan
Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah
Tumapel yang kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan
dikuasai. Kerajaan ini terkenal dengan kasus bunuh
membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan Ken Arok untuk
memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali
oleh Kerajaan Kediri yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan
Kubilaikhan ke Kerajaan ini.
Dengan
berakhirnya kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan hindu
di Indonesia. Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam
B.
Saran
Agar Siswa
Lebih mengenal dan lebih tahu dalam sejarah perkembangan Agama Hindu dan budha
yang masuk ke Indonesia. Dan lebih memahami tentang peradaban dan budaya
DAFTAR PUSTAKA
download disini
Lebih Banyak lagi :
MakalahHidrolisis Garam
MakalahPerluasan kekuasaan Kolonial
Makalah Sejarah
Makalah Inflasi
MakalahMajas
No comments:
Post a Comment