Berita Gunung Semeru lagi disini
Info Terbaru Gunung Semeru > disini
MAKALAH
INFLASI
(Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Ekonomi)
Disusun Oleh:
SMA KHZ
MUSTHAFA SUKAMANAH
SUKARAPIH
SUKARAME
TASIKMALAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Selama proses penyusunan makalah ini, penyusun
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini penyusun
membawakan tema tentang “INFLASI”
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai sumber yang dapat
membangun sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik untuk nanti ke
depannya.
Penyusun,
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
BAB. II.
INFLASI
2.1 Pengertian Inflasi ............................................................................................... 3
2.2 Penggolongan Inflasi ......................................................................................... 3
2.3 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi ........................................................ 5
2.4 Efek yang Ditimbulkan dari Inflasi ................................................................... 7
2.5 Cara Mencegah Inflasi ....................................................................................... 8
2.6 Cara Mengatasi Inflasi ....................................................................................... 10
BAB. III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12
3.2 Saran .................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi
dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan
inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli
ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan
‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai
terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses
terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang
berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi
harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari
itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh
inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah satu
masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah, maupun
masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya
inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud inflasi?
2. Penggolongan Inflasi
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya inflasi di Indonesia ?
4. Apahkah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
5. langkah-langkah apa saja yang harus di ambil untuk
mencegah terjadinya inflasi?
6. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inflasi
1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara
terus-menerus.(Boediono,
1985: 161)
2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama
periode tertentu. (Nopirin,
1990: 25)
3. Suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. (Mannullang, 1993: 83)
4. Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik,
harga beras, bahan bakar, harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan
semua barang-barang modal naik. (Samuelson dan
Nordhaus, 1993: 293)
Inflasi mempunyai
pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan
terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara
terus-menerus yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang
dan barang. Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi
merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat,
melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini
berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang
tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
Perlu diingat
bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.
2.2 Penggolongan Inflasi
×
·Inflasi
Ringan (Di bawah 10% setahun)
×
·Inflasi
Sedang
×
·Inflasi Berat
( antara 50-100% setahun)
×
·Hiper Inflasi
(di atas 100% setahun)
Laju inflasi dapat berbeda antar asatu Negara dengan
Negara lainnya atau dalam satu Negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar
besarnya laju inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam tiga kategori yaitu :
-
Inflasi
merayap (creeping Inflation)
Di tandai
dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang
relatif lama.
-
Inflasi
Menengah (galloping Inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya
terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi yang merayap (creeping
inflation)
-
Inflasi tinggi
(Hyper inflation)
Merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali
lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang
merosot dengan tajam sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik
secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
2. Berdasar Sebab musabab awal dari Inflasi
-
Demand
Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
-
Cost
Inflation, karena kenaikan biaya produksi
a. Inflasi permintaan (Demand Inflasi) yang timbul
karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat
tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran perusahaan).
b. Inflasi biaya (cost-Push inflation)
Inflasi jenis ini timbul karena kenaikan
ongkos produksi. Inflasi ini dikenal dengan istilah cost-push inflation atau
supply inflation. Untuk lebih jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila
ongkos produksi ini misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang
didatangkan dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku.
c. Inflasi campuran
Kedua mmacam
inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam praktik
sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan
campuran dari kedua macam inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran
antara inflasi permintaan (demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push
inflation).
2. Berdasar asal dari inflasi
-
Domestic
Inflation, Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Domestic Inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri
(domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat maupun
perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Kenaikan
harga-harga tejadi secara absolut yang berdampak terjadinya inflasi atau
semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.
-
Imported
Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri
Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh
kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena
dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor
atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam
negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri (IHLN) akan mengakibatkan kenaikan
pada Indeks Harga Umum (IHU) dan Indeks Harga Dalam Negeri (IHDN) yang secara
otomatis ikut mempengaruhi laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.
2.3 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi
1. Jumlah uang beredar
Menurut sudut
pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang di tuding
sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak
terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak
diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih
adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi
perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih
kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian
jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan
perekonomian subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju
inflasi. Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju
pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun
1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya
(kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an
sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas
dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek
langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector keuangan (terutama dalam
hal penurunan reserve requirement)
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti halnya
yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia
pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran
berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan oleh
hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali
menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama
pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya dari
dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi
kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga
menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde Baru, defisit
anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya
relatif aman terhadap tekanan inflasi.
Dalam era
pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang
telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana
untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi
mobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan
masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat
terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam
melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor
pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar
daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam
investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan
kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau dapat dikatakan
telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada saat
terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas
meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin
meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif
lebih lamban akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan
under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan
terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang
terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia
ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar
ekspor (sejak 1982), menyebabkan kemampuan pemerinntah untuk membiayai
pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat
lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan
kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama
pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih dari
pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada periode ini lebih
di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan
ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin
ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja
relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non
komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena
kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh
kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh
kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat
3. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang
disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian
diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih
tinggi
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang
ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan
menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam
kenyataan.
2.4 Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan
sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang di untungkan
dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan
tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp.50.000,00
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat
pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek
inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu
tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi yang
tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus
menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah,
rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan
investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran
akan terwujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk
uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.
2.5 Cara Mencegah Inflasi
1.
Kebijakan
Moneter
Kebijakan ini
adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang yang
beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank sentral.
Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat
di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga
kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi :
a. Kebijakan Diskonto.
Kebijakan
diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat
bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka.
Yaitu dengan
jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy).
Yaitu
kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.
2.
kebijaksanaan
Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.
Kenaikan
Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung
menurunkan harga.
4. kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
Ini dilakukan
dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk
gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks
harga naik maka gaji/upah juga dinaikan.
5.
Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi.
Meski jumlah
uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan produksi, maka tidak
akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah.
Inflasi dapat
diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga.
Kecenderungan
dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga
pasar.
6. Perbaikan Prilaku Masyarakat
Dalam
mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya perbaikan
prilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak didasarkan
kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang mengubah
seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak, melainkan
dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata uang
tersebut.
Ciri kerusakan
mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama, yakni
sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah
rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata uang kertas pernah rusak
karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan
dan krisis global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari pembungaan dan
spekulasi tersebut.
Sedangkan
menurut M. Hatta[2] setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam yang
dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
Dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum
pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum
pertukaran internasional, dan otoritas kebijakan moneter
2.6 Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan
kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga
2. Penjualan surat berharga
3. Peningkatan cadangan Kas
4. Pengetatan pemberian kredit
Dalam pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah
harus mampu menciptakan kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate
menjadi single digit, sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen
yaitu interest rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling
tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan
diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga
perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak.
Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara bertahap, sehingga pendapatan
masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka menungkatkan iklim investasi secara
nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di sektor riil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun
simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :
1. inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi
kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang
terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi
yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek
terhadap pendapatan (Equity Effect), 2 Efek terhadap
efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek terhadap Output (Output Effect),
4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan
Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan moneter,
kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output,
kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain, perbaikan
prilaku masyarakat.
5. Cara mengatasi Inflasi
Untuk
mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat berharga.
3. Peningkatan cadangan Kas.
4. Pengetatan pemberian kredit.
5. Peranan Bank Sentral
bank sentral
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan
oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang
adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’,
dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
atas dosen Pembina kami MARKUS,SE,MMyang telah memberi kami tugas
kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hasan. 2006. Telaah Komprehensif
Sistem Keuangan Islami. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmad, Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis
dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan
Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Hasannudin, Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam,
Jakarta: Lembaga Pengesahan FIDKOM.
Herlambang, Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan
Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
M. Umar Capra. Dr. 2000. Sistem Moneter
Islam. Jakarta: Gema insani Press.
Toni Hartono. Dr. 2006. Mekanisme Ekonomi Dalam
Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Sjahrir. 1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para
Tokoh Menggugat. Jakarta: Erlangga.
http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkat-pengendalianinflasi-
sekian dlu gan..
donlot disini>>
No comments:
Post a Comment